·
Definisi Wawancara
o
Wawancara adalah sebuah proses dyadic atau dua
pihak (Stewart & Cash, 2014).
o
Sebuah wawancara, merupakan proses komunikasi
intraksi antara dua pihak, setidaknya salah satunya telah menentukan tujuan
serius yang melibatkan tanya-jawab dari sebuah pertanyaan (Stewart & Cash,
2014).
o
“... An nterview is a method for gathering data
or information about an individual.” (Kaplan & Saccuzzo, 2013).
o
Moleong (dalam Herdiansyah, 2005) mengatakan
bahwa wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan dilakukan
oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan
terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut.
Kesimpulannya, wawancara
adalah proses komunikasi interaksi antara dua pihak, setidaknya satu dari mereka
memiliki tujuan yang telah ditetapkan dan serius, yang melibatkan bertanya dan
menjawab pertanyaan.
·
Elemen Penting Wawancara
1.
Interaktif
2.
Proses
3.
Pihak
4.
Tujuan
5.
Pertanyaan
·
Bentuk-Bentuk Wawancara
·
Bentuk-bentuk wawancara (Herdiansyah, 2009):
Ø Wawancara Terstruktur à terkesan seperti interogasi
karena sangat kaku dan pertukaran informasi antara peneliti dengan subjek yang
diteliti sangat minim.
Ø Wawancara Semi-Terstruktur à wawancara ini lebih tepat
jika dilakukan pada penelitian kualitatif.
Ø Wawancara Tidak Terstruktur à hampir mirip dengan bentuk
wawancara semi terstruktur.
·
Bentuk Wawancara (Stewart & Cash, 2014)
·
Bentuk wawancara tradisional berdasarkan fungsinya
(Redding dalam Stewart & Cash, 2014):
·
Wawancara
Memberi Informasi
Tujuan utamanya adalah saling
bertukar informasi secara akurat dan efektif. Sisi ini sekilas akan terlihat
tidak seperti wawancara karena pertanyaan dan jawaban hanya berperan kecil
dalam kejadian tersebut. Wawancara dalam bentuk ini sekedar bertukar fakta, data,
laporan, dan opini dari satu pihak ke pihak lain.
·
Wawancara
Mengumpulkan Informasi
Pengumpulan informasi dapat
menembus dunia kita. Pewawancara memiliki tujuan tertentu untuk mengumpulkan
keakuratan, kedalaman, dan informasi berguna melalui variasi teknik pertanyaan,
banyak dibuat dan dipersiapkan secara matang sebelum wawancara dan kadang
dibuat langsung di tempat secara hati-hati dengan melihat respons secara
perasaan, tindakan, dan sikap dari responden.
·
Wawancara
Seleksi
Seleksi penting dalam
kehidupan kita sebagai perorangan dan organisasi. Bentuk umum dari wawancara
seleksi mengambil tempat antara perekrut yang sedang menyeleksi pelamar
potensial untuk posisi dalam organisasi dan pelamar yang berusaha mendapatkan
posisi tersebut.
·
Meninjau
Perilaku Responden
Jika pihak yang diwawancarai memiliki suatu
masalah pribadi atau organisasi, pihak-pihak yang mungkin terlibat dalam
wawancara konsultasi di mana pewawancara berusaha untuk membantu pihak yang
diwawancarai untuk mencapai wawasan dalam sebuah masalah dan kemungkinan dalam
menghadapi sebuah masalah.
·
Meninjau
Perilaku Pewawancara
Dalam bentuk wawancara, penekanannya pada
perilaku wawancara, kinerja, atau sikap. Pelaku pewawancara sangat penting
dalam hubungan konsumen dengan pekerja bagian pelanggan.
·
Persuasif
Wawancara persuasif terjadi setiap kali salah
satu pihak berupaya mengubah atau memperkuat pemikiran, perasaan, atau
bertindak dari pihak lain.
·
Bentuk wawancara non-tradisional berdasarkan
fungsinya (Redding dalam Stewart & Cash, 2014):
Ø Wawancara yang Terfokus Pada Kelompok
Wawancara yang terfokus pada
kelompok, diperkenalkan pada tahun 1930 dan digunakan tahun 1940 untuk
menganalisis pelatihan tentara dan film-film moral dalam Perang Dunia II, telah
dikembangkan dan disempurnakan selama 20 tahun terakhir untuk mengumpulkan informasi
kualitatif. Terdiri atas sekelompok kecil orang sebagai pihak yang diwawancarai
dan pewawancara sangat terampil, dipilih dengan cermat kecil pertanyaan yang
fokus pada topik tertentu.
Ø Wawancara Telepon
Ketika kita mendengar kata wawancara, kita cenderung memikirkan
suatu tatap muka pertemuan antara dua pihak. Namun dengan penemuan telepon,
wawancara tidak lagi harus dilakukan dengan bertatap muka. Wawancara melalui
telepon menjadi sangat biasa dan kadang mengganggu. Wawancara telepon nyaman
dan tidak mahal. Pewawancara dan responden dapat berbicara dengan beberapa
orang pada saat bersamaan, langsung menjawab atau mengklarifikasi pertanyaan,
didengar dan menerima umpan balik. Masalah utama pada wawancara telepon adalah
kurangnya “kehadiran” kedua pihak. Mendengar suara tidak sama dengan mengamati
responden, penampilan pewawancara, cara, kontak mata, gerakan wajah, postur.
Ø Wawancara Konferensi Video
Lebih dari 10 tahun kemudian,
konferensi video telah berkembang jauh melampaui segala perkiraan termasuk
berbagai jenis wawancara. Karena sinyal visual terbatas pada bagian atas atau
wajah peserta atau gambaran kelompok dalam pihak wawancara, isyarat nonverbal
menjadi lebih sedikit. Hal ini lebih sulit untuk berinteraksi secara bebas dan
alami dengan orang-orang di layar.
Ø Wawancara E-mail
Dengan diperkenalkannya
Internet, banyak wawancara beralih dari tatap muka dan dari telinga ke telinga
menjadi jari ke jari. Internet tidak memiliki isyarat penting nonverbal dalam
wawancara. Salah satu hambatan untuk diatasi adalah keengganan salah satu pihak
untuk mengetik jawaban yang seharusnya lebih mudah mereka berikan secara
langsung atau melalui telepon.
Ø Wawancara Virtual
Wawancara “virtual”
mendapatkan banyak perhatian, tetapi makna dan penggunaannya tergantung pada
cara seseorang atau organisasi dalam mengartikan istilah tersebut. Terlepas
dari maknanya, kebanyakan wawancara virtual menggunakan beberapa bentuk sarana
elektronik. Beberapa sumber menggunakan istilah ini untuk mengartikan wawancara
praktik atau simulasi
·
Faktor-faktor Dasar Pewawancara
1.
Pendekatan
Direktif : Pewawancara menetapkan tujuan wawancara dan
upaya untuk mengontrol alur, iklim, formalitas, dan arah wawancara. Pertanyaan
akan ditutup dengan singkat, jawaban langsung.
2. Pendekatan Non-Direktif : responden
memiliki kontrol yang signifikan terhadap materi, panjangnya jawaban, iklim
wawancara dan formalitas. Pendekatan non direktif memungkinkan responden untuk
berbagi kontrol. Pertanyaan cenderung terbuka dan netral untuk memberikan
kesempatan maksimal pada responden dan kebebasan untuk merespons.
3.
Pendekatan
Kombinasi : Peran yang kita mainkan harus membimbing,
tetapi tidak mendikte pendekatan. Anda dapat memilih kombinasi pendekatan
direktif dan nondirektif. Terlalu sering pilihan pendekatan wawancara diatur
oleh peran dan harapan masyarakat.
·
Perencanaan Wawancara (Stewart &
Cash, 2014).
1.
Wawancara
Tidak Terencana
Digunakan apabila proses
wawancara terjadi cukup singkat, adanya perbedaan yang signifikan antara
responden dengan informasi yang telah di dapat sebelumnya, sulitnya menemui
responden, ingatan responden buruk dan waktu persiapan sedikit.
2.
Wawancara
Cukup Terencana
Berisi semua pertanyaan besar
dengan kemungkinan pertanyaan menyelidik di bawah masing-masing pertanyaan.
3.
Wawancara
Sangat Terencana
Menggunakan semua pertanyaan
yang telah disiapkan secara sama persis seperti yang tertulis saat wawancara
berlangsung. Ketika pertanyaan selesai diajukan, maka responden dapat
memberikan jawaban singkat dan spesifik.
4.
Wawancara
Sangat Terencana dengan Standardisasi
Merupakan wawancara yang
benar-benar terencana dan terstruktur. Semua pertanyaan dan pilihan jawaban
dinyatakan dalam kata-kata identik kepada responden yang kemudian responden
tersebut memilih jawaban yang telah disediakan.
5.
Kombinasi
Perencanaan
o
Merupakan wawancara yang di setiap kondisinya
dapat menggunakan jenis-jenis tertentu dalam pelaksanaannya.
o
Pembukaan wawancara à menggunakan pendekatan
wawancara tidak terencana.
o
Dalam mendeteksi dan beradaptasi dengan
responden à
menggunakan pendekatan wawancara cukup terencana.
o
Untuk memudahkan informasi yang bersifat
kuantitif (usia, jenis kelamin, agama, pendidikan, dan lain-lain) à menggunakan pendekatan sangat
terencana
·
Urutan Pertanyaan
1.
Urutan
Lorong (benang manik-manik),
merupakan serangkaian pertanyaan serupa, baik terbuka maupun tertutup.
2.
Urutan
Saluran à
dimulai secara luas, pertanyaan pembukaan-penutup, dan dilakukan proses dengan
pertanyaan-pertanyaan yang lebih ketat.
3.
Urutan
Saluran Terbaik à
dimulai dengan pertanyaan-pertanyaan tertutup dan berlanjut ke pertanyaan
terbuka.
4.
Urutan
Kombinasi à hal
ini terjadi apabila situasi memaksa kita untuk melakukan kombinasi terhadap
urutan-urutan pertanyaan.
5.
Urutan
Bentuk Quintamensional à George
Gallup mengembangkan urutan desain quintamensional untuk menilai intensitas dan
sikap. Hal tersebut merupakan cara pendekatan dalam 5 langkah yang dilanjutkan
dari kesadaran dari responden mengenai isu hingga sikap yang tidak dipengaruhi
oleh pewawancara, sikap spesifik, alasan sikap, intensitas sikap, kewaspadaan.
·
Teknik Pembukaan Verbal
Adanya teknik pembukaan verbal dapat
membangun hubungan yang baik, serta berperan sebagai pembuka yang lengkap.
a.
Sebutkan
Tujuan à
menjelaskan alasan mengapa wawancara dilakukan.
b.
Meringkas
Sebuah Masalah à
teknik
ini tepat digunakan apabila responden tidak menyadari permasalahan secara
terperinci.
c.
Jelaskan
Bagaimana Masalah Ditemukan à
menjelaskan
bagaimana sebuah masalah terdeteksi.
d.
Menawarkan
Sebuah Insentif atau Hadiah à
memberikan
tawaran hadiah kepada pihak yang mau berpartisipasi dalam wawancara
e.
Permintaan
Saran atau Bantuan à
terjadi
apabila pewawancara mengalami kebutuhan bantuan.
f.
Mengenal
Posisi Responden à
melakukan
identifikasi terhadap posisi responden mengenai isu atau sebuah permasalahan.
g.
Mengacu
pada Orang yang Mengirim Anda à
jangan
pernah menggunakan nama seseorang yang mengutus anda tanpa seizinnya dan cari
tahu apakah responden menghormati dan menghargai nama orang yang mengutus anda.
h.
Lihat
Organisasi Anda à
posisi
anda dengan organisasi dapat menentukan siapakah yang anda wawancara, kapan,
dimana, dan mengapa.
i.
Meminta
Jangka Waktu Tertentu à
membuat
janji dengan responden untuk melakukan proses wawancara.
j.
Bertanya
k.
Gunakan
Kombinasi
·
Teknik Pembukaan Komunikasi Nonverbal
Komunikasi nonverbal sangat kritis dalam
menciptakan kesan-kesan yang baik dan menancapkan legitimasi anda. Pembukaan
yang efektif bergantung pada bagaimana anda terlihat, sikap, dan apa perkataan
anda (Stewart & Cash, 2014).
a.
Teritorial
Meminta izin kepada responden
untuk melakukan proses wawancara. Meskipun, pada awalnya mereka telah
mengizinkan tetapi tetap saja kita perlu meminta izin untuk dapat masuk ke
wilayah mereka.
b.
Wajah,
Penampilan, Busana
Kesan pertama yang baik, akan
diberikan melalui peran dari penampilan dan busana anda ketika bertemu dengan
mereka sebagai responden dalam wawancara.
c.
Sentuhan
Jabat tangan adalah salah satu
sikap yang dapat dilakukan ketika pertama kali bertemu dengan responden tanpa
takut menyakiti tangan mereka.
d.
Membaca
Komunikasi Nonverbal
Flyod (dalam Stewart &
Cash, 2014) mengatakan bahwa kualitas busana seseorang menjadi petunjuk relatif
yang menampilkan sosial ekonomi status seseorang dan tipe atau gaya busana
dapat memberi pengetahuan kepada kita untuk mengidentifikasikan pihak-pihak
dalam wawancara suatu budaya atau kelompok politik tertentu.
· Menutup Wawancara
Mark Knapp dkk (dalam Stewart & Cash,
2014) dalam penelitian klasik mereka tentang “leave-takin” dalam interaksi interpersonal, menggambarkan beragam aksi
variasi nonverbal dalam penutupan, kadang berlangsung sangat halus. Contohnya,
ketika anda menegakkan kursi, mencondongkan badan kedepan, tidak menyilangkan
kaki, meletakkan tangan diatas lulut seperti ingin berdiri, melihat jam tangan
atau jam dinding, menghentikan alat perekam, dan menawarkan jabat tangan.
·
Definisi Observasi
Observasi
berasal dari bahasa latin yang berartikan memperhatikan dan mengikuti.
Memperhatikan dan mengikuti dalam arti mengamati dengan teliti dan sistematis
sasaran perilaku yang dituju (Banister, et al, 1994).
Catwright
& Catwright mendefinisikan sebagai suatu proses melihat , mengamati, dan
mencermati serta “merekam” perilaku secara sistematis untuk suatu tujuan
tertentu.
·
Tujuan Observasi
Mendeksripsikan
setting yang dipelajari, aktifitas-aktifitas yang berlangsung, orang-orang yang
terlibat dalam aktifitas, dan makna kejadian dilihat dari perspektif mereka
yang terlibat dari kejadian yang diamati tersebut menurut Poerwandari (2007).
·
5 Metode Dalam Observasi, yaitu:
1. Anecdotal
Record
Merupakan salah satu metode dalam
observasi dimana peneliti melakukan observasi dengan hanya membawa kertas
kosong untuk mencatat perilaku yang khas dan unik dari seseorang.
2. Behavioral
Checklist
Biasa disebut checklist
merupakan suatu metode dalam observasi yang mampu memberikan keterangan
mengenai muncul atau tidaknya perilaku yang di observasi dengan memberikan
tanda (√) jika perilaku yang di observasi muncul.
3. Participation
Charts
Metode ini hampir sama dengan
metode cheklist yaitu melakukan observasi, merekam atau mencatat perilaku y7ang
muncul atau tidak muncul dari subyek yang di observasi secara simultan dalam
suatu kegiatan tertentu.
4. Behavior
tallying and charting
Metode ini memiliki kelebihan
yaitu mampu menguantivikasikan perillaku yang muncul dalam suatu rentang waktu
yang di tentukan.
5. Rating
Scale
Metode ini hampir sama dengan
behavioral cheklist atau partisipant charts, yaitu mencatat perilaku sasaaran
yang di munculkan oleh subyek atau observee. Perbedaanya terletak pada
kebutuhan untuk mengetahui kuantitas dan kualitas dari perilaku yang di teliti
·
Kelemahan dan kelebihan Observasi
Ø Kelebihan
1. Dapat
melihat langsung apa yang sedang di kerjakan oleh subyek hingga pada hal-hal
yang mendetail, pekerjaan-pekerjaan rumit yang kadang kadang sulit untuk
diterangkan
2. Dapat
menggambarkan lingkungan fisik dengan lebih detail, misalnya tata letak
ruangan, peralatan, penerangan, ganguan, dll.
3. Dapat
mengukur tingkat suatu pekerjaan, dalam hal waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan suatu unit pekerjaan tertentu.
Ø Kelemahan
1. Adanya
bias peneliti seperti peneliti terlalu baik atau terlalu “pelit” dalam
memberikan penilaian terhadap perilaku yang muncul
2. Perilaku
yang dimunculkan pada saat dilakukan observasi terkadang tidak
mempresentassikan perilaku dan kondisi yang sebenarnya.
3. Orientasi
peneliti misalnya ketika seseorang yang di observasi berpakaian rapih dan
berperilaku sopan sehingga jika peneliti menjunjung tinggi kerapian dan
kesopanan, kecenderungan untuk memberikan penilaian yang netral akan terganggu.
·
Meningkatkan keakuratan observasi
a. Melatih
agar pengamat seobyektif mungkin yaitu dengan tidak menbiarrkan kebutuhan dan
bias pribadi mereka mempengaruhi apa yang mereka amati dan dengan memisahkan
pengamatan diri dan interprestasi merupakan salah satu pedoman untuk meningkatkan
validitas data pengamatan.
b. Mengamati
beberapa perilaku khusus yang di definisikan sebelumnya dengan menugmpulkan
beberapa pengamat dan mengumpulkan banyak sampel pengamatan yang mewakili juga
dapat meningkatkan keakuratan pengamatan.
DAFTAR
PUSTAKA
·
Herdiansyah, Haris. (2012). Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta:
Salemba Humanika
·
Kaplan, Robert M. & Saccuzzo, Dennis P.
(2013). Psychological Testing Principles,
Applications, and Issues. Wadsworth: Thomson Learning
·
Neukrug, Edward S. & Fawcett R. Charles.
(2010). Essentials Of Testing &
Assesment. USA: Cengage Learning
·
Segal, Daniel L. & Hersen, Michel .(2010). Diagnostic Interviewing. USA: Springer
·
Stewart, Charles J. & Cash, William B.
(2014). Intervu Prinsip dan Praktik.
Jakarta: Salemba Humanika