Senin, 25 April 2016

PSIKODIAGNOSTIK : MACAM - MACAM ALAT TEST PSIKOLOGI

Ø  TES INTELEGENSI
Menurut David Wchsler inteligensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif. , Intelegensi didefinisikan sebagai kapasitas yang bersifat umum dari individu untuk mengadakan penyesuaian terhadap situasi-situasi baru atau problem yang sedang dihadapi. Intelegensi merupakan keahlian memecahkan masalah dan kemampuan untuk beradaptasi pada, dan belajar dari pengalaman hidup sehari-hari. Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa inteligensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional. Oleh karena itu, inteligensi tidak dapat diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional itu. Intelegensi tecermin dari tindakan yang terarah pada penyesuaian diri terhadap lingkungan dan pemecahan masalah yang timbul daripadanya. 

Sedangkan tes intelegensi itu sendiri antara lain; 
1.     Suatu pengukuran yang standar dan obyektif terhadap sampel perilaku.
2.  Suatu kegiatan pengukuran atau penilaian melalui upaya yang sistematik untuk mengungkap aspek-aspek psikologi tertentu dari individu.
3. Seperangkat alat ukur yang digunakan untuk memperoleh informasi tentang pikiran, perasaan, persepsi dan perilaku seseorang guna membuat keputusan penilaian tentang seseorang.
4.Tes untuk mengukur aspek individu secara psikis (tes dapat berbentuk tertulis, visual, atau evaluasi secara verbal yang teradministrasi untuk mengukur fungsi kognitif dan emosional) tes dapat diaplikasikan kepada anak-anak maupun dewasa.
5.Suatu teknik atau alat yang digunakan untuk mengungkapkan tarap kemampuan dasar seseorang yaitu kemampuan dalam berpikir, bertindak dan menyesuaikan dirinya secara efektif.

MACAM-MACAM TES INTELEGENSI

§  IST (INTELLIGENZ STRUKTUR TEST)
IST merupakan salah satu tes yang digunakan untuk mengukur inteligensi individu. Tes ini dikembangkan oleh Rudolf Amthauer di Frankfurt, Jerman pada tahun 1953.
Tes ini dipandang sebagai gestalt (menyeluruh), yang terdiri dari bagian- bagian yang saling berhubungan secara makna (struktur). Dimana struktur intelegensi tertentu meggambarkan pola kerja tertentu, sehingga akan cocok untuk profesi atau pekerjaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut IST umum digunakan untuk memahami diri dan pengembangan pribadi, merencanakan pendidikan dan karier serta membantu pengambilan keputusan dalam hidup individu.
Ü  Sub Test IST :
• SE (Satzerganzng) — Melengkapi kalimat
• WA (Wortausuahl)— mencari kata yang berbeda
• AN (Analogien) — mencari hubungan kata
• GE (Gmeinsamkeiten) — mencari kata yang mencakup dua pengertian
• RA (Rechen Aufgaben) — Hitungan sederhana
• ZR (Zahlen Reihen) — deret angka
• FA (Form Ausuahl) — Menyusun bentuk
• WU (Wurfal Aufgaben) — Kubus
• ME (Merk Aufgaben) — Mengingat kata

Ü  Cara Skoring IST
• Telah disediakan kunci jawaban.
• Untuk subtes GE ada kunci jawaban tersendiri dengan penilaian 0 ,1, 2.
• RW — SW, dari jumlah benar — norma.
• Norma — IQ
• Norma IST didasarkan pada USIA dan TARAF PENDIDIKAN.

Ü  Langkah-langkah skoring IST
§ Cocokkan jawaban testee dengan kunci jawaban IST
§ Hitung jawaban yang benar (RW)
§ Jumlahkan ke bawah.
§ Lihat norma untuk mendapatkan skor SW
§ Lihat norma jumlah
§ Lihat norma IQ

§  CFIT (CULTURE FAIR INTELLIGENCE TEST)
CFIT mengukur Intelegensi individu dalam suatu cara yang direncanakan untuk mengurangi pengaruh percakapan verbal, iklim budaya, tingkat pendidikan (Cattel dalam Kumara, 1989). Tes ini terdiri dari 3 skala yang disusun dalam form A dan B secara pararel. Tes ini dikembangkan oleh Raymond B. Cattell dan sejumlah staf penelitian dari Institute of Personality and Ability Testing (IPAT) di Universitas Illinois, USA Tes CFIT yang akan digunakan adalah skala 3 yang biasa ditujukan pada individu yang berusia 13 tahun ke atas (sampai dewasa)
Tes CFIT skala 3 terdiri atas 4 sub tes dengan waktu yang digunakan berbeda-beda



 Klasifikasi Inteligensi


§  STM (Standard Progressive Matrices)
Merupakan salah satu contoh bentuk skala inteligensi yang dapat diberikan secara individual ataupun kelompok. Skala ini dirancang oleh J.C. Raven pada tahun 1960. SPM merupakan tes yang bersifat nonverbal, artinya materi soal-soalnya diberikan tidak dalam bentuk tulisan ataupun bacaan melainkan dalam bentuk gambar-gambar.
SPM tidak memberikan suatu angka IQ akan tetapi menyatakan hasilnya dalam tingkat atau level intelektualitas dalam beberapa kategori, menurut besarnya skor dan usia subjek yang dites, yaitu:
Grade I            : Kapasitas intelektual Superior.
Grade II          : Kapasitas intelektual Di atas rata-rata
Grade III         : Kapasitas intelektual Rata-rata.
Grade IV         : Kapasitas intelektual Di bawah rata-rata.
Grade V          : Kapasitas intelektual Terhambat.
Ü  Tujuan dari SPM, yaitu :
1)     kemampuan penalaran ruang yaitu kemampuan seseorang dalam memahami konsep ruang (spasial),
2)     kemampuan menganalisis, mengintegrasikan, mencari dan memahami sistem hubungan diantara bagian-bagian, dan
3)     kemampuan dalam hal ketepatan yaitu kemampuan seseorang dalam menghitung.

§  SB (Skala Binet)
Tes Binet dipublikasikan pertama kali pada tahun 1905 di Paris, Perancis oleh Binet – Simon. Pertama menggunakan 30 soal yang disajikan secara urut.  Revisi 1 (1916) di Stanford University Amerika Serikat oleh Terman (revisi yang paling terkenal). Revisi 2 (1937), bersama Merril, tes direvisi menjadi 2 bentuk, yaitu L & M. Revisi 3 (1960), menggabungkan bentuk L & M menjd L-M. Pada tahun 1972 restandardisasi tabel IQ. Revisi 4 (1986) oleh Thorndike dkk. 
Tes Binet yang digunakan di Indonesia: revisi ke 3 dari Terman & merril pada tahun 1960, yaitu Stanford Binet Intellegence Scale Form L-M.  Hasil tes berupa IQ yang dapat dilihat pd tabel IQ atau dengan melihat perbandingan antara MA & CA.
Ü  Klasifikasi IQ Tes Binet:
140 keatas à Very Superior
120-139 à Superior
110-119 à Rata-rata Atas
90-109 à Normal atau Rata-rata
80-89 à Rata-rata Bawah
70-79 à Borderline Deffective
69-kebawah à Cacat Mental (Mentally Detective)

§  WAIS (Wechsler Adult Intelligence Scale)
Wechsler Adult Intelligence Scale (WAIS) tes adalah instrumen klinis utama yang digunakan untuk mengukur kecerdasan orang dewasa dan remaja.WAIS asli (Formulir I) diterbitkan pada bulan Februari 1955 oleh David Wechsler , sebagai revisi yang Wechsler Bellevue Intelligence-Skala. WAIS diciptakan dengan dasar pikiran bahwa inteligensi terdiri dari aspek-aspek verbal, abstrak, numerical, dan faktor G. WAIS bertujuan untuk mengungkap intelligensi orang dewasa. Tujuan pemisahan verbal dan performence IQ adalah untuk keperluan diagnosa jika misalnya seseorang mendapat handicap dalam bidang verbal atau cultural. WAIS mengukur 2 aspek kemampuan potensial subyek yaitu aspek verbal dan aspek performance.
Ü  WISC terdiri dari 2 skala dari 12 subtes yaitu:
·         SKALA VERBAL
¾      Information (Informasi)
¾      Comprehension (Pemahaman)
¾      Arithmetic (Hitungan)
¾      Similarities (Kesamaan)
¾      Vocabulary (Kosakata)
¾      Digit span (Rentang angka)
·         SKALA PERFORMANSI
¾      Picture Completion (Kelengkapan gambar)
¾      Picture Arrangement (Susunan gambar)
¾      Block Design (Rancangan balok)
¾      Object Assembly (Perakitan Objek)
¾      Coding (Sandi)
¾      Mazes (Taman sesat)


Ø  TES KEMAMPUAN KERJA
§  Tes Kraepelin
Tes Kreapelin merupakan hasil dari ciptaan Emilie Kraepelin dia adalah seorang Psikiater dari Jerman, adapun proses pembuatannya dari tahum 1856-1926. Alat ini dapat tercipta atas dasar pemikiran dari faktor – faktor yang merupakan kekhasan dari sensori sederhana, sensori motor, perseptual dan tingkah laku.
Ü  Tujuan dari tes Kraepelin sebenarnya adalah digunakan untuk menentukan seperti apa tipe performance seseorang, misalnya hasil penjualan yang rendah, dapat menggindikasi daya gejala depresi mental. Selain itu tes Kraepelin juga dapat digunakan untuk mengukur seberapa maximum performance dari seseorang. Seperti faktor kecepatan (Speed factor), faktor ketelitian (accuracy factor), faktor keajegan (ritme factor), faktor ketahanan (ausdeur factor).

§  Tes Pauli
Tes Pauli dikembangkan pada tahun 1983, oleh Dr.Richard Pauli bersama dengan Dr. Wilhem Arnold dan Prof. Dr. Van Hiss. Pada dasarnya, Richard Pauli tergolong dalam suatu aliran yang ingin membuat psikologi menjadi bidang ilmu pasti, yaitu membuat psikologi sebagai suatu bidang eksperimen. Di dalam penyusunan atau pembuatan test pauli ini, Richard Pauli mengambil cara yang dipergunakan oleh Kraeplin, yaitu menggunakan suatu metode dengan cara mengerjakan penghitungan sederhana di mana yang hendak dilihat adalah kurva kerja dari testee. Kraeplin adalah seorang psikiater atau dokter jiwa yang menggunakan metode dengan menyuruh testee menghitung.
Ü  Adapun ciri dari test Pauli antara lain adalah: penjumlahan yang mengalir, angka yang ditulis hanya satuan, hasil penjumlahan tidak dijumlahkan dengan angka berikutnya.
Ü  Tujuan pengukuran tes Pauli adalah mengetahui batas perbedaan kondisi individu, melihat prestasi dengan tepat, dan mengetahui pengaruh sikap kerja terhadap prestasi.
Ü  Aspek kepribadian yang diukur dalam tes Pauli antara lain:
o    Kekuatan kemauan
o    Daya tahan dan keuletan
o    Ketekunan dan konsentrasi
o    Daya penyesuaian
o    Vitalitas/energi (dengan asumsi, energi = prestasi)
o    Kecermatan dan ketelitian
o    Stabilitas emosi
o    Sikap terhadap tugas, sikap dalam menghadapi tantangan, dan cara mengendalikan diri.

Ø  TES EVALUASI BELAJAR
Fungsi Evaluasi:
1.     Evaluasi sebagai alat untuk mengetahui ketercapaian tujuan pengajaran
2.     Evaluasi sebagai dasar untuk menentukan nilai atau tingkat keberhasilan belajar siswa
3.     Evaluasi sebagai alat untuk memotivasi belajar siswa
4.     Evaluasi sebagai alat untuk mendiagnosis kesulitan belajar siswa
5.     Evaluasi sebagai balikan bagi guru dan sekolah untuk mengembangkan dan memperbaiki program dan proses pembelajaran
Jenis Evaluasi:
1.     Evaluasi penempatan: untuk menempatkan siswa dalam situasi belajar-mengajar yang tepat
2.     Evaluasi psikodiagnostik: untuk mengenal latar belakang siswa yang mengalami kesulitan belajar
3.     Evaluasi formatif: untuk memberikan balikan
4.     Evaluasi sumatif: untuk memberikan nilai kemajuan dan keberhasilan siswa.
Teknik Evaluasi:
·         Teknik tes : Individu yang dievaluasi (testee) akan mengalami perlakuan yang sama, dalam hal perintah, bentuk tugas, dan waktu yang diperlukan untuk mengerjakan evaluasi tugas. Sehingga, individu yang dites tersebut akan memiliki skor tertentu yang dapat dijadikan sebagai gambaran atas apa yang telah dievaluasi. Bentuk instrumen teknik tes dibagi menjadi 3 jenis, yaitu tulisan, lisan, dan tindakan.
·         Teknik non tes : digunakan untuk menilai psikomotorik dan afektif dari peserta didik, bukan aspek kognitifnya. Berbagai macam teknik non-tes. Pengamatan atau observasi, skala penilaian dan sikap, interview, studi kasus, angket atau kuesioner portofolio, dokumentasi, riwayat hidup.


Ø  TES INVENTORI
§  PAPI (The Personality Preference Inventory)
PAPI merupakan sebuah alat ukur yang memeriksa gaya kerja yang sangat populer dan digunakan oleh lebih dari 1000 perusahaan di lebih 50 negara. PAPI dirancang oleh Dr. Max Martin Kostick di tahun 1960-an. Beliau bekerja di Universitas Boston , Amerika. Tes PAPI pertama kali digunakan oleh konsultan manajemen PA consulting group pada tahun 1966. PA memiliki hak ekskudif untuk memasarkan tester tersebut ke seluruh dunia pada tahun1979, dan banyak perusahaan yang menggunakan dengan lisensi dibawah naungan PA.
Ü  Tujuan Tes PAPI : Tes ini merupakan pemeriksaan yang khusus berkaitan dengan kerja , tes ini berusaha untuk menjelaskan serta menjawab pertanyaan terkait permasalahan kepribadian inheren. Gaya bekerja seseorang dan melihat kemampuan seseorang dalam mengatasi dinamika dalam kelompok, terutama karyawan dalam perusahaan.
Ü  Format PAPI
PAPI memiliki dua format, yakni:
o    PAPI-I (Ipsatif ) dimana format tersebut mengadopsisebuah format wajib memilih (forced-choice) dan menuntut responden untuk memilih prefensi – prefensi darim90 pernyataan.
o    PAPI-N (Normatif) Tes ini meminta orang-orang yang mengerjakan kuesioner untuk memberikan tingkat sejauh mana mereka setuju dengan 126 pernyatan.

§  NEO-PI-R (NEO-Personality Inventory Revised)
NEO-PI-R adalah sebuah alat ukur yang dikembangkan oleh Costa dan McCrae dengan cara menggunakan kuisioner yang dirancang untuk mengukur Big Five Traits. Mereka membedakan masing-masing dari kelima dimensi kepribadian tersebut dengan mengembangkan enam facet yang sifatnya lebih spesifik. Setiap facet diukur oleh 8 item, maka NEO-PI-R terdiri dari 240 item (5 faktor x 6 facet x 8 item). Kelebihan dari alat ukur NEO-PI-R yaitu sifatnya yang cross cultural sehingga memudahkan untuk mereplikasi jika terdapat budaya-budaya yang berbeda-beda.
Ü  Tujuan NEO PI-R Tujuan tes ini adalah untuk mengukur kecenderungan emosi, hubungan interpersonal, keterbukaan terhadap pengalaman baru, kecenderungan untuk tunduk pada orang lain, dan kemampuan individu dalam berorganisasi.

§  DISC ( Dominance, Influence, Steadiness, Complience)
DISC adalah sebuah alat untuk memahami tipe-tipe perilaku dan gaya kepribadian, pertama kali dikembangkan oleh William Moulton Marston. Dalam penerapannya di dunia bisnis dan usaha, alat ini telah membuka wawasan dan pemikiran, baik secara profesional maupun secara personal. Seperti umumnya alat-alat tes sejenis (termasuk IQ tes), DISC pertama kali digunakan untuk kepentingan militer dan secara luas digunakan sebagai bagian dalam proses penerimaan tentara AS pada tahun-tahun menjelang Perang Dunia II. Setelah keandalannya terbukti, kemudian DISC secara bertahap dipakai untuk kepentingan rekrutmen yang lebih umum.
Pada awal pemakaiannya secara luas, DISC terbatas digunakan pada sektor komersial. Agar efektif, dibutuhkan juga pendapat para ahli, dan hal inilah yang membuatnya menjadi mahal. Sebelum memanfaatkan komputer, interpretasi jawaban kuesioner DISC menjadi profil seseorang merupakan pekerjaan yang sulit dan juga kompleks. Kemajuan dalam penggunaan komputer telah membuat DISC dapat dimanfaatkan secara universal, karena hasilnya dapat diperoleh dan diinterpretasikan secara otomatis dan cepat. Pada akhirnya, DISC menjadi solusi hemat bagi setiap orang, dan telah berkembang menjadi alat asesmen perilaku (behavioral assessment tool) yang paling banyak digunakan di dunia saat ini (Trisni, 2010).
1.     Dominant (D) : Dominant tinggi akan bersifat asertif (tegas) dan langsung
2.     Influencing (I) : Tipe Influencing ini senang berteman.
3.     Steadiness (S) : Tipe Steadiness ini adalah orang yang berkeras hati, gigih, dan sabar.
4.  Conscientiousness (C) : Tipe teliti ini sangat tertarik pada presisi (ketelitian dan kecermatan) dan juga dengan akurasi (kecepatan).

Ü  Manfaat DISC :
o    Memberikan pemahaman tentang diri seseorang terkait dengan kelebihan dan kekurangan dirinya (secara garis besar untuk memahami tipe kepribadian).
o    Perencanaan masa depan yang lebih baik.
o    Penempatan yang sesuai dengan keunikan seseorang.

§  EPPS (Edward Personality Preference Schedule)
Tes EPPS (Edward Personality Preference Schedule) merupakan tes kepribadian yang mengukur tingkat kepribadian seseorang. Tes ini dikembangkan menurut teori kepribadian H. A Murray, yang mencakup 15 kebutuhan yang harus dimiliki manusia. Edward menyiapkan beberapa butir soal sesuai dengan kebutuhan itu. Tes ini biasanya digunakan orang-orang yang akan memasuki dunia pekerjaan.
EPPS umumnya dikategorikan sebagai power tes yaitu tes yang tidak dibatasi waktu dalam pengerjaannya. Jadi, penekanannya pada penyelesaian tugas bukan waktunya. Dalam mengerjakan tes EPPS semua item harus dijawab, apabila ada satu item saja yang terlewatkan maka interpretasi secara akurat tidak dapat dilakukan. Tes EPPS dapat diberikan secara individual maupun klasikal. Latar belakang awalnya adalah untuk konseling dan orientasinya adalah untuk orang-orang yang normal (Karmiyati & Suryaningrum, 2005).
Ü  Tujuan Tes EPPS : untuk mengungkap 15 need yang ada pada diri seseorang. Bentuk tes EPPS berupa pasangan-pasangan pernyataan berjumlah 225 pasang. Tugas subyek adalah memilih satu pernyataan dari pasangan-pasangan pernyataan yang disajikan yang cocok atau sesuai dengan dirinya. Dari 225 pasang pernyataan ada 15 pasang yang sama. Tujuannya adalah untuk mengetahui kesungguhan atau konsistensi subyek dalam mengerjakan tes. Apabila konsisten dapat dikatakan bahwa subyek bersungguh-sungguh dalam mengerjakan tes dan menjadi valid untuk diskor. Standar konsistensi pengerjaan EPPS adalah 14, namun di Indonesia konsistensi 9 sudah dapat dikatakan valid untuk diskor (Karmiyati & Suryaningrum, 2005).

§  MBTI (MYER-BRIGGS PERSONALITY TYPE INDICATOR)
Tes MBTI adalah tes yang bertujuan untuk mengetahui tipe-tipe kepribadian seseorang dalam lingkungannya. Tes ini dikembangkan oleh Katherine Cook Brigss dan putrinya, Isabel Brigss Myers. Mereka mengembangkan tes ini sejak perang dunia II (1939-1945). Mereka percaya bahwa pengetahuan akan kepribadian dapat membantu perempuan yang akan memasuki dunia kerja di bidang industri. Setelah mengalami pengembangan, akhirnya tes MBTI ini pertama kali dipublikasikan pada tahun 1962.
Sampai saat ini, tes MBTI adalah tes kepribadian yang paling banyak dipakai di dunia. Tes ini juga dipakai untuk mengetahui karakter kepribadian karyawan perusahaan agar dapat ditempatkan pada bidang-bidang yang membuat potensi karyawan tersebut optimal. Diantara sekian banyak tes kepribadian yang paling akurat dan paling banyak digunakan adalah MBTI (Myers Brigss Type Indicator). MBTI dikembangkan oleh Katherine Cook Brigss dan Isabel Brigss Myers berdasarkan teori kepribadian dari Carl Gustav Jung.
Tes MBTI bertujuan secara khusus untuk mengklasifikasikan orang-orang menurut tipe-tipe kepribadian yang spesifik yang kini menjadi rujukan bagi berbagai organisasi dalam melakukan tes bagi pesertanya. Kuesioner ini didasarkan pada empat skala, yang menghasilkan enam belas kemungkinan kombinasi atau tipe-tipe kepribadian yang luas. MBTI bersandar pada empat dimensi utama yang saling berlawanan. Masing-masing memiliki sisi positif dan sisi negatif. Berikut empat skala kecenderungan MBTI, yaitu:
1.     Ekstrovert (E) vs Introvert (I)
Dimensi IE untuk melihat orientasi energy, apakah ke dalam atau keluar. Ekstrovert artinya pribadi yang menyukai dunia luar. Tipe kepribadian ini senang bergaul, menyenangi interaksi sosial, menyukai aktivitas dengan orang lain, dan berfokus pada dunia luar. Sebaliknya, tipe introvert adalah pribadi yang menyukai dunia dalam (diri sendiri). Tipe ini suka menyendiri, merenung, membaca, menulis, dan tidak terlalu menyukai pergaulan dengan banyak orang. Individu dengan tipe kepribadian ini mampu bekerja sendiri, berkonsentrasi dan fokus. Tipe kepribadian ini bagus dalam pekerjaan pengolahan data dan back office.
2.     Sensing (S) vs Intuition (I)
Dimensi SI melihat bagaimana individu memproses data. Sensing memproses data dengan cara bersandar pada fakta yang konkret, praktis, realistis dan melihat data apa adanya. Sensing menggunakan pedoman pengalaman dan data konkret serta memilih cara-cara yang sudah terbukti. Individu tipe kepribadian ini fokus pada masa kini atau hal-hal apa saja yang bisa diperbaiki pada masa sekarang. Individu sensing bagus dalam perencanaan teknis dan detail aplikatif. Tipe intuition memproses data dengan melihat pola dan hubungan, pemikir abstrak, konseptual, serta melihat bagaimana kemungkinan yang bisa terjadi. Tipe intuition berpedoman pada imajinasi, memilih cara unik, dan berfokus pada masa depan atau apa yang akan dicapai pada masa mendatang. Tipe ini sangat inovatif, penuh insprasi dan ide unik, bagus untuk penyusunan konsep, ide dan visi jangka panjang.
3.     Thinking (T) vs Feeling (F)
Dimensi ketiga melihat bagaimana seseorang dapat mengambil keputusan. Thinking adalah selalu menggunakan logika dan melakukan analisa dalam mengambil keputusan, cenderung berpusat pada tugas dan objektif. Terkesan kaku dan keras kepala, menerapkan prinisip dengan konsisten dan bagus untuk melakukan analisa serta menjaga prosedur atau standar. Sementara feeling adalah tipe kepribadian yang melibatkan perasaan, empati, serta nilai-nilai yang diyakini pada saat pengambilan keputusan. Tipe ini berorientasi pada hubungan dan subjektif. Bersifat akomodatif tetapi lebih terkesan memihak, empatik dan menginginkan harmoni dan bagus dalam menjaga keharmonisan dan memelihara hubungan.
4.     Judging (J) vs Perceiving (P)
Dimensi terakhir melihat bagaimana derajat fleksibilitas seseorang. Judging pada hal ini bukanlah judging untuk menghakimi, namun pada hal ini bertumpu pada rencana yang sistematis, senantiasa berpikir dan bertindak teratur. Tipe judging tidak suka akan hal-hal mendadak atau diluar perencanaan. Individu tipe ini bagus dalam penjadwalan, penetapan struktur, dan perencanaan step by step. Tipe perceiving adalah mereka yang bersifat spontan, adaptif, dan bertindak secara acak untuk melihat berbagai peluang yang muncul. Perubahan mendadak bukanlah suatu masalah bagi tipe ini. Bagus dalam menghadapi perubahan dan situasi mendadak.
Ü  Kegunaan Tes MBTI
1)     Bimbingan Konseling : Tes ini sangat berguna untuk pengembangan karir, dan dapat juga digunakan untuk panduan untuk memilih jurusan di perguruan tinggi atau bahkan profesi yang sesuai dengan kepribadian.
2)   Pengembangan diri : Dengan tes MBTI, individu dapat melihat kelebihan dan kekurangan yang terdapat dalam diri sendiri. Individu dapat lebih fokus untuk mengembangkan kelebihan dan memperbaiki sisi negatif dalam diri.
3)     Memahami orang lain dengan cara yang lebih baik

Tes MBTI juga dapat memperbaiki hubungan dan cara pandang individu terhadap orang disekitarnya. Individu akan dapat memahami dan menerima perbedaan yang dimiliki oleh orang lain.

Ø TES GRAFIS
Tes grafis adalah bagian dari tes proyektif di ilmu psikologi. Awal mula tes ini berkembang pada abad 20 permulaan meskipun pada jauh dekade sebelumnya sudah terdapat berbagai aplikasi grafologi berupa pembacaan tulisan tangan, tanda-tangan dan coretan-coretan manusia yang dapat diintepretasikan. Tokoh penting akhir abad ke-19 seperti Fechne, Wundt dan Ebbinghaus sebagai psikiater di bidang gangguan mental mempengaruhi teknik-teknik untuk melakukan asesmen klinis terhadap para pasiennya. Di bidang grafologi salah satu tokoh penting tentu saja Goodenough, Machover, Moch, Kinget, Wartegg dan lain sebagainya. Bidang ilmu ini sebenarnya terus berkembang sampai saat ini dengan metode kualitatif maupun kuantitatif untuk mengungkap proyeksi dari grafis. Beberapa tes yang akan dibahas kali ini adalah BAUM, DAP, HTP dan Tes Wartegg, Grafologi, Dragon Test.
§  BAUM
Tes menggambar pohon (The Tree Test/Baum Test) bisa dilaksanakan secara individual maupun klasikal. Untuk keperluan pemeriksaan klinis, tes ini dilakukan “work limit” (tanpa batas waktu pengerjaan) dan jika testee menghendaki, ia diperkenankan menggunakan penghapus. Sebaliknya, untuk keperluan pemeriksaan non klinis, adakalanya tes ini dilakukan “time limit” (dibatasi waktu pengerjaannya) yaitu 10 menit dan testee tidak diperkenankan menggunakan penghapus.
Ü  Metode : untuk melihat karakter/kepribadian manusia. Pohon yang dianalogikan sebagai manusia yang tumbuh berkembang memberikan symbol-simbol yang dapat diintepretasikan dan menjadi gambaran individu itu sendiri. Para psikolog di Indonesia masih menggunakan metode ini sebagai salah satu alat bantu untuk membangun profil individu.
Ü  Tujuan :
¾      Dari dunia industry/perusahaan, tim rekrutmen masih menggunakan metode ini sebagai salah satu alat untuk melihat potensi individu/calon karyawan. Metode ini masih dirasa cukup dapat dipercaya namun penggunaannya tidak mendalam seperti pada praktisi psikologi klinis.
¾      Psikolog klinis dapat menggunakan metode ini untuk mencari gambaran kepribadian individu yang lebih mendalam hingga mencari indikasi patologisnya. Baik itu patologis bersifat kepribadian atau gangguan yang bersifat medis.

§  DAP / DAM ( DRAW A PERSON / DRAW A MAN )
Tes Menggambar Orang dilaksanakan secara individual. Biasanya digunakan untuk keperluan seleksi, adakalanya tes ini dilaksanakan secara klasikal. Untuk keperluan pemeriksaan klinis, tes ini dilakukan “work limit” (tanpa batas waktu pengerjaan)  dan jika testee menghendaki, ia diperkenankan menggunakan penghapus. Sebaliknya, untuk keperluan pemeriksaan non klinis, adakalanya tes ini dilakukan “time limit” (dibatasi waktu pengerjaannya) yaitu 10 menit dan testee tidak diperkenankan menggunakan penghapus.
Ü  Fungsi DAP/DAM:
o    Industri dan Organisasi:Untuk digunakan sebagai bagian dari tes potensi (psikotes) dalam seleksi karyawanUntuk membuat profil kompetensi, maka metode Assesment Center masih dpat digunakan. Tes gambar orang ini akan menjadi pelengkap yagn penting dalam memberikan informasi mengenai individu.
o    Militer : seleksi, klinis, diagnosa, dll
o    TK : dapat melihat kesiapan anak untuk sekolah
o    SMA : Penjurusan
o    Kuliah : seleksi, kesesuaian minat dan bakat.
o    Psikolog : Diagnosa gangguan kepribadian > kebutuhan terapi


§  HTP ( HOUSE TREE PERSON TEST )
Tahun 1949, JN Buck mempublikasikan House Tree Person (HTP). Pertama-tama ia merancang prosedur tes menggambar utk menilai penyesuaian kepribadian. Jolles mengembangkan teknik dari JN. Buck dengan tiga cara prosedur : menggambar dengan pensil tdk berwarna, fase menanyai, menggambar dengan pensil tdk berwarna
Ü  Prosedur administrasi : individu diberikan kertas putih kosong posisi horisontal, kemudian diberikan instruksi “gambarkan saya sebuah rumah”, jika sudah selesai diberikan lagi sebuah kertas dengan posisi vertikal “gambarkan saya sebuah gambar manusia”
Ü  Variasi dari prosedur gambar : Proses menggambar tersebut akhirnya menjadi populer dalam bentuk seseorang diberikan kertas dalam posisi horizontal dan seseorang diminta menggambar dengan instruksi “gambarkan saya sebuah gambar dengan isi gambar ada rumah, pohon dan manusia.
Ü  Dasar interpretasinya : melihat tipe gambar, komposisi dalam menggambar, dan hubungan antara gambar. Jika perlu dapat pula diminta keterangan gambar yang dapat berguna untuk mengungkapkan perasaan seseorang dan sikap-sikapnya yang diwujudkan dalam bentuk gambar.

§  WARTEGG / WZT
Berkembang dari eksperimental psikologi gestalt oleh F. Krueger dan F. Sander. Asumsi tidak hanya dari subyek pengalaman tapi juga subyek yang mengalami harus dilihat sebagai suatu struktur. Tes Wartegg / Drawing Completion Test (DCT) adalah bentuk pemeriksaan kepribadian dengan menggunakan gambar-gambar yang diperoleh melalui sarana tes. Sarana tes merupakan sejumlah elemen grafis kecil yang berfungsi sebagai suatu seri tema-tema formal yang harus dikembangkan menurut cara subyek itu sendiri.

Ü  Phantasie test – subyek dihadapkan pada lembar yang mengandung sejumlah garis yang tidak teratur dan harus diatur secara bebas à muncul banyak perbedaan yang mencerminkan sifat-sifat struktural yang khas pada subyek
Ü  Tujuan : Mengeksplorasi struktur kepribadian dalam istila yang disebut fungsi-fungsi dasar. Yaitu: emosi, imajinasi, dinamisme, kontrol, dan reality function.

§  GRAFOLOGI
Grafologi berasal dari kata graphos yang berarti coretan atau tulisan dan logos yang berarti ilmu. Jadi grafologi adalah ilmu yang mampu menginterpretasikan karakter seseorang melalui tulisannya. Grafologi ini sudah ada sejak zaman kuno.
Ü  Tujuan dari tes ini yaitu untuk mengetahui untuk mengungkapkan karakter dan kepribadian seseorang melalui tulisannya. Dengan grafologi kita dapat mengetahui motivasi diri, kestabilan emosi, keadaan mental, minat dan bakat, kecenderungan intelektual bahkan kekuatan dan kelemahan diri.

§  DRAGON TEST
Tes yang dikembangkan oleh J.D Lammerts Van Beuren-Smith, tes ini diperuntukkan untuk anak-anak.Gambar dibuat dengan menggunakan 5 warna primer, yaitu merah, hijau, kuning, biru, hitam.
Ü  OBJEK
Matahari : ayah
Rumah    : ibu     
Pohon    : anak
Naga      : kemarahan, oposisi, energi libido,  kekuatan, kehendak, dinamika anak
Kolam     : emosi, perasaan, sensitivitas

Ø  PROYEKTIF TEST
Test Proyektif muncul karena adanya protes terhadap teori atau aliran lama yang kebanyakan bersifat structuralism, behaviorism, yang kebanyakan memandang individu bukan suatu whole tetapi sebagai suatu kumpulan dari berbagai aspek
Aspek psikologis manusia yang tidak disadari sulit diungkap dalam kondisi wajar (sukar diungkap melalui self report, inventory). Jadi dalam pendekatan proyektif diperlukan instrument khusus yang dapat mengungkap aspek-aspek ketidaksadaran manusia --- teknik proyektif ini kemungkinan subjek mau merespon, walaupun teknik proyektif mempunyai arti interpretatif Teknik ini pendekatannya menyeluruh (global approach).

   §  Rorschach Test
The Rorschach test juga dikenal sebagai tes inkblot Rorschach atau sekadar tes Inkblot adalah sebuah tes psikologi di mana subjek mempersepsi sebuah bentuk gambar tinta yang dicatat dan kemudian dianalisis dengan menggunakan interpretasi psikologis. Beberapa psikolog menggunakan tes ini untuk memeriksa kepribadian seseorang baik karakteristik maupun fungsi emosional. Telah digunakan untuk mendeteksi gangguan pikiran yang mendasari individu, terutama dalam kasus-kasus di mana pasien tidak mau untuk menggambarkan proses berpikir mereka secara terbuka. Tes ini mengambil namadari penciptanya yaitu psikolog dari Swiss, Hermann Rorschach.
Dasar Pemikiran Tes Rorschach:
Ü  Asumsi → ada hubungan antara persepsi dengan kepribadian.
Ü  Bercak tinta → ambigous dan unstructured, yaitu persepsi personal, spontan dan tidak dipelajari. 
Ü  Tujuan utama →mendeskripsikan kepribadian seseorang secara keseluruhan (Gestalt)
Penerapan Tes Rorschach:
1.     Bidang klinis: bidang klinis, rumah sakit, klinik psikiatris dan psikologis. 
2.     Alat diagnostic. 
3.     Terapi. 
4.     Bidang militer. 
5.     Industri. 
6.     Medis. 
7.     Penelitian: psikologi sosial, antropologi.

§  Thematic Apperception Test (TAT)
TAT adalah yang dikenal sebagai teknik interpretasi gambar karena menggunakan rangkaian standar provokatif berupa gambar yang ambigu dan subjek yang harus menceritakan sebuah cerita dari gambar yang tertera. Subjek diminta untuk mengatakan sebagai sebuah cerita yang dramatis.
Ü  Manfaat TAT:
1. TAT berguna dalam mempelajari secara keseluruhan kepribadian seseorang, sehingga dapat menginterpretasi tingkah laku abnormal, penyakit psikosomatis, neurose.
2. Manfaat khusus TAT. Sebagai pendahuluan interview therapi dan merupakan langkah pertama dalam psikoanalisa.




SUMBER :
A. Anastasi, Psychological Testing, (4th ed.), McMillan, New York, 1976.
Cohen Swerdlik, Psychological Testing and Assesment, Mayfield, USA, 1990.
G. Marian Kinget, Wartegg: Tes Melengkapi Gambar, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2003