Selasa, 31 Mei 2016

Wawancara dan Observasi


·         Definisi Wawancara
o    Wawancara adalah sebuah proses dyadic atau dua pihak (Stewart & Cash, 2014).
o    Sebuah wawancara, merupakan proses komunikasi intraksi antara dua pihak, setidaknya salah satunya telah menentukan tujuan serius yang melibatkan tanya-jawab dari sebuah pertanyaan (Stewart & Cash, 2014).
o    “... An nterview is a method for gathering data or information about an individual.” (Kaplan & Saccuzzo, 2013).
o    Moleong (dalam Herdiansyah, 2005) mengatakan bahwa wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut.
Kesimpulannya, wawancara adalah proses komunikasi interaksi antara dua pihak, setidaknya satu dari mereka memiliki tujuan yang telah ditetapkan dan serius, yang melibatkan bertanya dan menjawab pertanyaan.

·         Elemen Penting Wawancara
1.     Interaktif
2.     Proses
3.     Pihak
4.     Tujuan
5.     Pertanyaan

·         Bentuk-Bentuk Wawancara
·         Bentuk-bentuk wawancara (Herdiansyah, 2009):
Ø  Wawancara Terstruktur à terkesan seperti interogasi karena sangat kaku dan pertukaran informasi antara peneliti dengan subjek yang diteliti sangat minim.
Ø  Wawancara Semi-Terstruktur à wawancara ini lebih tepat jika dilakukan pada penelitian kualitatif.
Ø  Wawancara Tidak Terstruktur à hampir mirip dengan bentuk wawancara semi terstruktur.

·         Bentuk Wawancara (Stewart & Cash, 2014)
·         Bentuk wawancara tradisional berdasarkan fungsinya (Redding dalam Stewart & Cash, 2014):
·         Wawancara Memberi Informasi
Tujuan utamanya adalah saling bertukar informasi secara akurat dan efektif. Sisi ini sekilas akan terlihat tidak seperti wawancara karena pertanyaan dan jawaban hanya berperan kecil dalam kejadian tersebut. Wawancara dalam bentuk ini sekedar bertukar fakta, data, laporan, dan opini dari satu pihak ke pihak lain.
·         Wawancara Mengumpulkan Informasi
Pengumpulan informasi dapat menembus dunia kita. Pewawancara memiliki tujuan tertentu untuk mengumpulkan keakuratan, kedalaman, dan informasi berguna melalui variasi teknik pertanyaan, banyak dibuat dan dipersiapkan secara matang sebelum wawancara dan kadang dibuat langsung di tempat secara hati-hati dengan melihat respons secara perasaan, tindakan, dan sikap dari responden.
·         Wawancara Seleksi
Seleksi penting dalam kehidupan kita sebagai perorangan dan organisasi. Bentuk umum dari wawancara seleksi mengambil tempat antara perekrut yang sedang menyeleksi pelamar potensial untuk posisi dalam organisasi dan pelamar yang berusaha mendapatkan posisi tersebut.
·         Meninjau Perilaku Responden
Jika pihak yang diwawancarai memiliki suatu masalah pribadi atau organisasi, pihak-pihak yang mungkin terlibat dalam wawancara konsultasi di mana pewawancara berusaha untuk membantu pihak yang diwawancarai untuk mencapai wawasan dalam sebuah masalah dan kemungkinan dalam menghadapi sebuah masalah.
·         Meninjau Perilaku Pewawancara
Dalam bentuk wawancara, penekanannya pada perilaku wawancara, kinerja, atau sikap. Pelaku pewawancara sangat penting dalam hubungan konsumen dengan pekerja bagian pelanggan.
·         Persuasif
Wawancara persuasif terjadi setiap kali salah satu pihak berupaya mengubah atau memperkuat pemikiran, perasaan, atau bertindak dari pihak lain.

·         Bentuk wawancara non-tradisional berdasarkan fungsinya (Redding dalam Stewart & Cash, 2014):
Ø  Wawancara yang Terfokus Pada Kelompok
Wawancara yang terfokus pada kelompok, diperkenalkan pada tahun 1930 dan digunakan tahun 1940 untuk menganalisis pelatihan tentara dan film-film moral dalam Perang Dunia II, telah dikembangkan dan disempurnakan selama 20 tahun terakhir untuk mengumpulkan informasi kualitatif. Terdiri atas sekelompok kecil orang sebagai pihak yang diwawancarai dan pewawancara sangat terampil, dipilih dengan cermat kecil pertanyaan yang fokus pada topik tertentu.
Ø  Wawancara Telepon
Ketika kita mendengar kata wawancara, kita cenderung memikirkan suatu tatap muka pertemuan antara dua pihak. Namun dengan penemuan telepon, wawancara tidak lagi harus dilakukan dengan bertatap muka. Wawancara melalui telepon menjadi sangat biasa dan kadang mengganggu. Wawancara telepon nyaman dan tidak mahal. Pewawancara dan responden dapat berbicara dengan beberapa orang pada saat bersamaan, langsung menjawab atau mengklarifikasi pertanyaan, didengar dan menerima umpan balik. Masalah utama pada wawancara telepon adalah kurangnya “kehadiran” kedua pihak. Mendengar suara tidak sama dengan mengamati responden, penampilan pewawancara, cara, kontak mata, gerakan wajah, postur.
Ø  Wawancara Konferensi Video
Lebih dari 10 tahun kemudian, konferensi video telah berkembang jauh melampaui segala perkiraan termasuk berbagai jenis wawancara. Karena sinyal visual terbatas pada bagian atas atau wajah peserta atau gambaran kelompok dalam pihak wawancara, isyarat nonverbal menjadi lebih sedikit. Hal ini lebih sulit untuk berinteraksi secara bebas dan alami dengan orang-orang di layar.
Ø  Wawancara E-mail
Dengan diperkenalkannya Internet, banyak wawancara beralih dari tatap muka dan dari telinga ke telinga menjadi jari ke jari. Internet tidak memiliki isyarat penting nonverbal dalam wawancara. Salah satu hambatan untuk diatasi adalah keengganan salah satu pihak untuk mengetik jawaban yang seharusnya lebih mudah mereka berikan secara langsung atau melalui telepon.
Ø  Wawancara Virtual
Wawancara “virtual” mendapatkan banyak perhatian, tetapi makna dan penggunaannya tergantung pada cara seseorang atau organisasi dalam mengartikan istilah tersebut. Terlepas dari maknanya, kebanyakan wawancara virtual menggunakan beberapa bentuk sarana elektronik. Beberapa sumber menggunakan istilah ini untuk mengartikan wawancara praktik atau simulasi

·         Faktor-faktor Dasar Pewawancara
1.     Pendekatan Direktif : Pewawancara menetapkan tujuan wawancara dan upaya untuk mengontrol alur, iklim, formalitas, dan arah wawancara. Pertanyaan akan ditutup dengan singkat, jawaban langsung.
2.     Pendekatan Non-Direktif : responden memiliki kontrol yang signifikan terhadap materi, panjangnya jawaban, iklim wawancara dan formalitas. Pendekatan non direktif memungkinkan responden untuk berbagi kontrol. Pertanyaan cenderung terbuka dan netral untuk memberikan kesempatan maksimal pada responden dan kebebasan untuk merespons.
3.     Pendekatan Kombinasi : Peran yang kita mainkan harus membimbing, tetapi tidak mendikte pendekatan. Anda dapat memilih kombinasi pendekatan direktif dan nondirektif. Terlalu sering pilihan pendekatan wawancara diatur oleh peran dan harapan masyarakat.

·         Perencanaan Wawancara (Stewart & Cash, 2014).
1.     Wawancara Tidak Terencana
Digunakan apabila proses wawancara terjadi cukup singkat, adanya perbedaan yang signifikan antara responden dengan informasi yang telah di dapat sebelumnya, sulitnya menemui responden, ingatan responden buruk dan waktu persiapan sedikit.
2.     Wawancara Cukup Terencana
Berisi semua pertanyaan besar dengan kemungkinan pertanyaan menyelidik di bawah masing-masing pertanyaan.
3.     Wawancara Sangat Terencana
Menggunakan semua pertanyaan yang telah disiapkan secara sama persis seperti yang tertulis saat wawancara berlangsung. Ketika pertanyaan selesai diajukan, maka responden dapat memberikan jawaban singkat dan spesifik.
4.     Wawancara Sangat Terencana dengan Standardisasi
Merupakan wawancara yang benar-benar terencana dan terstruktur. Semua pertanyaan dan pilihan jawaban dinyatakan dalam kata-kata identik kepada responden yang kemudian responden tersebut memilih jawaban yang telah disediakan.
5.     Kombinasi Perencanaan
o    Merupakan wawancara yang di setiap kondisinya dapat menggunakan jenis-jenis tertentu dalam pelaksanaannya.
o    Pembukaan wawancara à menggunakan pendekatan wawancara tidak terencana.
o    Dalam mendeteksi dan beradaptasi dengan responden à menggunakan pendekatan wawancara cukup terencana.
o    Untuk memudahkan informasi yang bersifat kuantitif (usia, jenis kelamin, agama, pendidikan, dan lain-lain) à menggunakan pendekatan sangat terencana

·         Urutan Pertanyaan
1.     Urutan Lorong (benang manik-manik), merupakan serangkaian pertanyaan serupa, baik terbuka maupun tertutup.
2.     Urutan Saluran à dimulai secara luas, pertanyaan pembukaan-penutup, dan dilakukan proses dengan pertanyaan-pertanyaan yang lebih ketat.
3.     Urutan Saluran Terbaik à dimulai dengan pertanyaan-pertanyaan tertutup dan berlanjut ke pertanyaan terbuka.
4.     Urutan Kombinasi à hal ini terjadi apabila situasi memaksa kita untuk melakukan kombinasi terhadap urutan-urutan pertanyaan.
5.     Urutan Bentuk Quintamensional à George Gallup mengembangkan urutan desain quintamensional untuk menilai intensitas dan sikap. Hal tersebut merupakan cara pendekatan dalam 5 langkah yang dilanjutkan dari kesadaran dari responden mengenai isu hingga sikap yang tidak dipengaruhi oleh pewawancara, sikap spesifik, alasan sikap, intensitas sikap, kewaspadaan.

·         Teknik Pembukaan Verbal
Adanya teknik pembukaan verbal dapat membangun hubungan yang baik, serta berperan sebagai pembuka yang lengkap.
a.     Sebutkan Tujuan à menjelaskan alasan mengapa wawancara dilakukan.
b.    Meringkas Sebuah Masalah à teknik ini tepat digunakan apabila responden tidak menyadari permasalahan secara terperinci.
c.     Jelaskan Bagaimana Masalah Ditemukan à menjelaskan bagaimana sebuah masalah terdeteksi.
d.    Menawarkan Sebuah Insentif atau Hadiah à memberikan tawaran hadiah kepada pihak yang mau berpartisipasi dalam wawancara
e.     Permintaan Saran atau Bantuan à terjadi apabila pewawancara mengalami kebutuhan bantuan.
f.      Mengenal Posisi Responden à melakukan identifikasi terhadap posisi responden mengenai isu atau sebuah permasalahan.
g.    Mengacu pada Orang yang Mengirim Anda à jangan pernah menggunakan nama seseorang yang mengutus anda tanpa seizinnya dan cari tahu apakah responden menghormati dan menghargai nama orang yang mengutus anda.
h.    Lihat Organisasi Anda à posisi anda dengan organisasi dapat menentukan siapakah yang anda wawancara, kapan, dimana, dan mengapa.
i.      Meminta Jangka Waktu Tertentu à membuat janji dengan responden untuk melakukan proses wawancara.
j.      Bertanya
k.     Gunakan Kombinasi

·         Teknik Pembukaan Komunikasi Nonverbal
Komunikasi nonverbal sangat kritis dalam menciptakan kesan-kesan yang baik dan menancapkan legitimasi anda. Pembukaan yang efektif bergantung pada bagaimana anda terlihat, sikap, dan apa perkataan anda (Stewart & Cash, 2014).
a.     Teritorial
Meminta izin kepada responden untuk melakukan proses wawancara. Meskipun, pada awalnya mereka telah mengizinkan tetapi tetap saja kita perlu meminta izin untuk dapat masuk ke wilayah mereka.
b.    Wajah, Penampilan, Busana
Kesan pertama yang baik, akan diberikan melalui peran dari penampilan dan busana anda ketika bertemu dengan mereka sebagai responden dalam wawancara.
c.     Sentuhan
Jabat tangan adalah salah satu sikap yang dapat dilakukan ketika pertama kali bertemu dengan responden tanpa takut menyakiti tangan mereka.
d.    Membaca Komunikasi Nonverbal
Flyod (dalam Stewart & Cash, 2014) mengatakan bahwa kualitas busana seseorang menjadi petunjuk relatif yang menampilkan sosial ekonomi status seseorang dan tipe atau gaya busana dapat memberi pengetahuan kepada kita untuk mengidentifikasikan pihak-pihak dalam wawancara suatu budaya atau kelompok politik tertentu.

·       Menutup Wawancara
Mark Knapp dkk (dalam Stewart & Cash, 2014) dalam penelitian klasik mereka tentang “leave-takin” dalam interaksi interpersonal, menggambarkan beragam aksi variasi nonverbal dalam penutupan, kadang berlangsung sangat halus. Contohnya, ketika anda menegakkan kursi, mencondongkan badan kedepan, tidak menyilangkan kaki, meletakkan tangan diatas lulut seperti ingin berdiri, melihat jam tangan atau jam dinding, menghentikan alat perekam, dan menawarkan jabat tangan.

·         Definisi Observasi
Observasi berasal dari bahasa latin yang berartikan memperhatikan dan mengikuti. Memperhatikan dan mengikuti dalam arti mengamati dengan teliti dan sistematis sasaran perilaku yang dituju (Banister, et al, 1994).
Catwright & Catwright mendefinisikan sebagai suatu proses melihat , mengamati, dan mencermati serta “merekam” perilaku secara sistematis untuk suatu tujuan tertentu.

·         Tujuan Observasi
Mendeksripsikan setting yang dipelajari, aktifitas-aktifitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktifitas, dan makna kejadian dilihat dari perspektif mereka yang terlibat dari kejadian yang diamati tersebut menurut Poerwandari (2007).

·         5 Metode Dalam Observasi, yaitu:
1.     Anecdotal Record
Merupakan salah satu metode dalam observasi dimana peneliti melakukan observasi dengan hanya membawa kertas kosong untuk mencatat perilaku yang khas dan unik dari seseorang.
2.     Behavioral Checklist
Biasa disebut checklist merupakan suatu metode dalam observasi yang mampu memberikan keterangan mengenai muncul atau tidaknya perilaku yang di observasi dengan memberikan tanda (√) jika perilaku yang di observasi muncul.
3.     Participation Charts
Metode ini hampir sama dengan metode cheklist yaitu melakukan observasi, merekam atau mencatat perilaku y7ang muncul atau tidak muncul dari subyek yang di observasi secara simultan dalam suatu kegiatan tertentu.
4.     Behavior tallying and charting
Metode ini memiliki kelebihan yaitu mampu menguantivikasikan perillaku yang muncul dalam suatu rentang waktu yang di tentukan.
5.     Rating Scale
Metode ini hampir sama dengan behavioral cheklist atau partisipant charts, yaitu mencatat perilaku sasaaran yang di munculkan oleh subyek atau observee. Perbedaanya terletak pada kebutuhan untuk mengetahui kuantitas dan kualitas dari perilaku yang di teliti

·         Kelemahan dan kelebihan Observasi
Ø  Kelebihan
1.     Dapat melihat langsung apa yang sedang di kerjakan oleh subyek hingga pada hal-hal yang mendetail, pekerjaan-pekerjaan rumit yang kadang kadang sulit untuk diterangkan
2.     Dapat menggambarkan lingkungan fisik dengan lebih detail, misalnya tata letak ruangan, peralatan, penerangan, ganguan, dll.
3.     Dapat mengukur tingkat suatu pekerjaan, dalam hal waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu unit pekerjaan tertentu.
Ø  Kelemahan
1.     Adanya bias peneliti seperti peneliti terlalu baik atau terlalu “pelit” dalam memberikan penilaian terhadap perilaku yang muncul
2.     Perilaku yang dimunculkan pada saat dilakukan observasi terkadang tidak mempresentassikan perilaku dan kondisi yang sebenarnya.
3.     Orientasi peneliti misalnya ketika seseorang yang di observasi berpakaian rapih dan berperilaku sopan sehingga jika peneliti menjunjung tinggi kerapian dan kesopanan, kecenderungan untuk memberikan penilaian yang netral akan terganggu.
·         Meningkatkan keakuratan observasi
a.     Melatih agar pengamat seobyektif mungkin yaitu dengan tidak menbiarrkan kebutuhan dan bias pribadi mereka mempengaruhi apa yang mereka amati dan dengan memisahkan pengamatan diri dan interprestasi merupakan salah satu pedoman untuk meningkatkan validitas data pengamatan.
b.     Mengamati beberapa perilaku khusus yang di definisikan sebelumnya dengan menugmpulkan beberapa pengamat dan mengumpulkan banyak sampel pengamatan yang mewakili juga dapat meningkatkan keakuratan pengamatan.





DAFTAR PUSTAKA
·         Herdiansyah, Haris. (2012). Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Salemba Humanika
·         Kaplan, Robert M. & Saccuzzo, Dennis P. (2013). Psychological Testing Principles, Applications, and Issues. Wadsworth: Thomson Learning
·         Neukrug, Edward S. & Fawcett R. Charles. (2010). Essentials Of Testing & Assesment. USA: Cengage Learning
·         Segal, Daniel L. & Hersen, Michel .(2010). Diagnostic Interviewing. USA: Springer
·         Stewart, Charles J. & Cash, William B. (2014). Intervu Prinsip dan Praktik. Jakarta: Salemba Humanika

Selasa, 03 Mei 2016

Review Materi Psikodiagnostik


Pada catatan kali ini, saya akan mereview kembali materi-materi psikodiagnostika 1 yang sudah diberikan kedalam catatan yang lebih singkat.

DEFINISI PSIKODIAGNOSTIK
 Istilah psikodiagnostik pertama sekali oleh Hermann Rorschach pada tahun 1921. Para psikolog banyak sekali memberi pengertian psikodiagnostik itu sendiri. Dari berbagai pengertian psikodiagnostik, ada dua hal definisi:
1.Disiplin ilmu yang mengaplikasikan dan mengembangkan pengukuran untuk menilaikarakteristik yang sesuai tentang seseorang, situasi, lembaga dan berbagai objek lain.
2.Menurut kamus psikologi, psikodiagnostik adalah studi mengenai kepribadian lewat penafsiran terhadap tanda-tanda tingkah laku, cara berjalan, gerak isyarat, sikap dan penampilan wajah, dst.

SEJARAH
Tes seleksi karyawan sudah mulai digunakan di Cina untuk menseleksi pengurus kerajaan masa itu. Kemudian psikodiagnostik dikembangkan oleh Herman Rorschach yang waktu itu digunakan untuk kebutuhan klinis. Tes psikologi digunakan pertama kali oleh McKeen Cattel pada tahun 1890 untuk menguji intelegensi seseorang. Binet melakukan berbagai macam penelitian mengenai cara pengukuran kecerdasan atau intelegensi .Penelitian tersebut kemudian menghasilkan skala pertama (1905) dan diberi nama skala Binet-Simon. Disisi lain, Stanford-Binet yang dikembangkan oleh L.M Terman dan kolega-koleganya di Stanford University juga merupakan instrumen yang lebih luas dan lebih baik secara psikometris. Dalam tes inilah istilah IQ (Intellegent Quotient) mulai diperkenalkan.

Sedangkan fungsi psikodiagnostik, adalah :
·         Memahami individu dengan lebih baik dan memberikan perilaku paling sesuai bagidirinya
·         Penjabaran dan pemanfaatan tes psikologis
·         Penyeleksian kualitas tingkah laku dan kepribadian
·         Pengembangan kepribadian individu

 Metode dan Teknik Psikodiagnostik
·         Observasi
·         Wawancara
·         Anamnesa Riwayat Hidup
·         Tes Psikologi

Proses dalam Psikodiagnostik
Meliputi dua hal, yakni :
1.Proses informal, melalui pandangan seseorang menilai individu dalam kesehariannya dan biasanya terjadi kesalahpahaman (kesan)
2.Proses formal, melalui kegiatan yang sistematis dan terarah sehingga diperoleh data yangobjektif dan akurat.

Macam-macam Tes Psikologi
1.     Tes Intelegensi, terdiri dari IST, CFIT, STM, SB, WAIS, WISC, dll.  
2.     Tes Kemampuan Kerja terdiri dari Tes Kraepelin, Tes Pauli, dll. 
3.     Tes Inventori terdiri dari PAPI, NEO-PI-R, DISC, EPPS, MBTI, dll
4.     Tes Grafis terdiri dari WZT/Wartegg, DAM, BAUM, HTP, Grafologi, Dragon Test dll
5.     Test Proyektif terdiri dari Rorschach, TAT, dll
6.     Test Minat Bakat terdiri dari Holland Test, RMIB, dll